Mengikuti
seleksi tenaga sensor film di Lembaga Sensor Film merupakan pengalaman baru
bagi saya. Betapa tidak, proses pendaftaran yang begitu singkat (Versi saya,
karena info yang saya ketahui sudah dekat dengan deadline). Hanya 2 hari, saya
harus mengurus tes kesehatan mata, SKCK dan sebagainya, begitupun dengan karya
tulis yang telah ditentukan jumlah halaman dan temanya.
Tapi,
hal itu juga yang membuat saya bersemangat. Menulis karya tulis merupakan salah
satu hobby. Tema yang ditentukan, walaupun baru tetapi menjadi suatu tantangan
untuk belajar hal baru.
Setelah
menerima surat resmi, bahwa saya lulus dan mengikuti tahap selanjutnya yaitu
wawancara. Ya… saya harus berangkat dari Bengkulu ke Jakarta, tepatnya ke
gedung C Kementerian pendidikan dan Kebudayaan pada Oktober 2014 lalu.
Proses
yang panjang, dan itu membuat saya pasrah dan lupa. Setelah tes wawancara pada
tahun 2014, hingga pertengahan 2015 belum ada kabar. Ya, saya benar-benar lupa.
Akhirnya pada 10 Agustus 2015, mendapat telpon dari sekretariat LSF (Lembaga
Sensor Film) bahwa saya LOLOS!
Hingga
saya tulis cerita ini, sayangnya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu,
belum saya terima. Masih menunggu, dan entah sampai kapan. Hee..hee, proses
menjadi tenaga sensor ini saya anggap sebagai bentuk tes kesabaran. Insha
Allah, sangat bermanfaat.
Keterlambatan ini dikarenakan banyak faktor, terutama saat proses seleksi bersamaan juga dengan proses pergantian pemerintahan ke pemerintahan Pak Jokowi. Sehingga anggota LSF lama diperpanjang masa kerjanya hingga tahun 2015 ini.
Oh ya mengenai LSF sendiri, teman-teman bisa mengunjungi ke web-nya langsung yaitu www.lsf.go.id atau mengikuti postingan saya di waktu-waktu yang akan datang.
wah berarti sama donk sama saya lolos juga...tgl 20 jan 2016 brifing kan yak? berpa yak kira2 gajinya ...hehe penasaran dari pas ngelamar dan lolos
BalasHapuswah berarti sama donk sama saya lolos juga...tgl 20 jan 2016 brifing kan yak? berpa yak kira2 gajinya ...hehe penasaran dari pas ngelamar dan lolos
BalasHapus